Sabtu, 04 Februari 2012

Pengeluaran (tidak) Ditanggung Beasiswa Luar Negeri DIKTI

Awalnya, waktu pertama mengetahui namaku ada di pengumuman penerima beasiswa luarnegeri DIKTI Gelombang 6/2011, tidak pernah terpikirkan sebelumnya akan ada biaya yang harus dikeluarkan. Ya..... benar pengeluaran  persiapan keberangkatan ke luar negeri ternyata tidak di-cover oleh dana beasiswa. Karena berdasarkan buku Beasiswa Unggulan 2011: Untuk Pendidik dan Tenaga Kependidikan, komponen yang ditanggung oleh beasiswa (untuk keberangkatan/tahun pertama) adalah:
  1. Biaya hidup (living allowance), diberikan maksimal 5 bulan sesuai standar Dikti (Agustus - Desember 2011);
  2. Biaya buku, diberikan sebesar satu semester sesuai standar Dikti;
  3. Biaya kedatangan (settling-in allowance), diberikan sekali sebesar satu bulan biaya hidup bulanan;
  4. Biaya kuliah (tuition fee), diberikan per semester (at cost);
  5. Tiket pesawat internasional, dari Bandara Internasional Indonesia keberangkatan kelas ekonomi ke tempat tujuan (at cost);
  6. Asuransi kesehatan Per tahun (at cost);
  7. Biaya pendaftaran (admission fee), sekali di awal untuk negara-negara tertentu (at cost);
 Ini belum termasuk permasalahan terlambatnya dana tahun pertama, ketika para penerima beasiswa sudah harus memulai studi di luar negeri. Hal ini akan kita bicarakan dalam tulisan yang lain saja.

Berikut pengeluaran yang harus saya keluarkan sebelum berangkat ke Perancis:

  1. Biaya Terjemahan Dokumen. Semua universitas di Perancis (juga kedutaan Perancis) menginginkan dokumen-dokumen pribadi kita ditulis dalam bahasa Perancis. Waktu itu dokumen yang harus ditranslasikan adalah: ijazah  dan transkrip (S1/S2), akta kelahiran, KTP, keterangan sumber dana studi (beasiswa), keterangan status (pegawai/dosen). Hal ini mungkin juga terjadi untuk tujuan negara lain, tapi biasanya mereka sudah menganggap cukup pakai bahasa Inggris saja.
  2. Biaya kursus bahasa Perancis. Tahun 2011 DIKTI hanya sekali menyelenggarakan pelatihan bahasa Perancis dan kebetulan diadakan sebelum saya mendapatkan LOA dari Universite de Strasbourg. Jadinya saya mengambil kursus intensif di CCF Bandung (cuma 2 bulan karena keburu harus berangkat) sampai dapat sertifikat A1 dan A2. Alhamdulillah, pihak fakultas memberikan bantuan dana.
  3. Pembuatan Passport hijau. Mulai tahun 2011, pemerintah (kedutaan) Perancis hanya menerima passport hijau (regular) untuk pendatang yang akan studi di Perancis, tidak terkecuali dosen (PTN) atau pegawai negeri sipil yang lain. Karena memang belum pernah punya passport regular, ya.... terpaksa harus bikin dulu ke kantor imigrasi. Kalau mengikuti aturan imigrasi biaya pembuatan passport ini kurang dari Rp. 300.000,00. Untuk PNS yang akan ke negara lain, ternyata tetap harus mengeluarkan biaya pembuatan passport biru yang biasa dijadikan satu paket dengan surat izin tugas belajar atau surat SETKAB sekitar 250rb.
  4. Biaya VISA. Untuk studi di Perancis, semua calon mahasiswa harus mendapatkan visa tinggal jangka panjang (visa long sejour). Pengurusan visa ini memerlukan waktu yang lebih lama dan dokumen yang lebih banyak dari pada visa kunjungan singkat. Selain itu, kedutaan Perancis mempercayakan pengurusan visa long sejour untuk studi dan scientifique kepada pihak ketiga yaitu Campus France Indonesia. Jadi, merekalah yang akan memeriksa semua dokumen yang diperlukan untuk visa, bahkan meminta tambahan dokumen lain apabila diperlukan. Untuk pengurusan visa ke Perancis juga kita harus membayar 99 Euros (dalam rupiah).
  5. Asuransi Perjalanan. Salah satu syarat dokumen untuk pengajuan visa adalah bukti kepemilikan asuransi perjalanan minimal untuk 3 bulan dengan nilai pertanggungan tertentu. Untuk ke Perancis, nilai pertanggungannya minimal 30.000 Euros, ada repatriasi medis dan berlaku di seluruh negara Schengen (Uni Eropa). Untuk asuransi ini diperlukan dana sekitar 100 US$ tergantung dari "menu" yang kita pilih.
  6. Biaya Perjalanan. Ketika memenuhi panggilan wawancara, pembekalan dan pengurusan surat-surat saya dan setiap calon karyasiswa harus mengeluarkan biaya sendiri. Pernah saya bertemu dengan seorang calon karyasiswa asal Surabaya yang akan berangkat ke Amerika. Dia harus bolak-balik Surabaya-Jakarta untuk mempersiapkan dokumen-dokumen (dari DIKTI) untuk pengurusan surat perjalanan (visa) dari kedutaan Amerika. Dan katanya dia terpaksa mengeluarkan biaya sendiri untuk ongkos pesawatnya.
  7. Biaya Pendaftaran dan Kuliah. Walaupun komponen biaya ini termasuk dalam komponen pengeluaran yang dibayar oleh DIKTI, terkadang kita harus mengeluarkan biaya ini sebelum berangkat (dana beasiswa keluar). Beruntunglan bila mendapat profesor/calon supervisor yang sangat baik sehingga mau membayarkan biaya ini terlebih dahulu, seperti yang saya alami. 
  8. Biaya asrama/apartemen. Salah satu dokumen yang diminta oleh kedutaan Perancis (mungkin negera yang lain juga) adalah pernyataan tempat tinggal (attestation de logement / d'hebergement) dari pengelola/pemilik apartemen yang akan saya tempati di Perancis. Biasanya surat ini hanya didapatkan kalau sudah membayar ongkos sewa apartemen. Dokumen ini dapat juga diganti dengan bukti booking hotel selama seminggu. Namun akhirnya saya memakai surat pernyataan dari calon profesor saya yang menyatakan akan menampung saya di wisma universitas sampai mendapatkan apartemen yang lebih permanen. 
  9. Persiapan musim dingin. Keberangkatan saya ke Perancis adalah di awal musim dingin, sehingga wajib untuk mempersiapkan pakaian musim dingin. Dan sepertinya hampir semua karyasiswa luarnegeri DIKTI akan berangkat menjelang musim dingin (kecuali yang ke Australia atau negara-negera di belahan selatan katulistiwa). Sepertinya keperluan musim dingin ini masalah sepele, tapi ternyata  memerlukan dana yang tidak sedikit.
Saya yakin ada beberapa pembaca yang akan mengatakan: "Kan semua dana itu nanti akan diganti DIKTI dari komponen settling alowance !". Itu memang benar, tapi untuk membahas cukup tidaknya dana settling alowance menutupi semua pengeluaran persiapan keberangkatan dan kedatangan, akan saya bahas dalam posting selanjutnya.


Sekarang kita bahas pengeluaran ketika sampai di negara/kota/universitas tujuan tempat saya akan memulai studi.  
  1. Ongkos ke kota tujuan. Tidak semua universitas yang dituju oleh karyasiswa berada di kota besar yang mempunyai international airport. Beruntungnya saya mendapatkan tiket pesawat sampai ke lapangan udara Entzheim. Namun beberapa teman ada yang mendapat tiket hanya sampai Paris, sisanya mereka harus menggunakan kereta api dengan membeli tiket sendiri. Sebetulnya hampir setiap negara bagian di Perancis ini memiliki lapangan udara lokal, tapi tidak semua karyasiswa akan mendapatkan tiket pesawat sampai di kota tujuan.
  2. Ongkos menginap di hotel. Alangkah beruntungnya bila asrama/apartemen yang akan kita tempati sudah siap begitu kita datang. Tapi kalau belum siap atau kita datangnya pada sore/malam hari saat kantor sekretariat apartemen sudah tutup atau tidak ada teman untuk dimintai tolong penginapan, mau tidak mau kita harus menginap di hotel. Saya pun akhirnya menginap satu malam di hotel, karena ternyata apartemen belum siap.
  3. Asuransi perumahan. Untuk dapat menyewa sebuah kamar di apartemen/asrama mahasiswa, kita harus sudah memiliki asuransi perumahan. Bukti kepemilikan asuransi (polis) harus dilampirkan dalam pengajuan asuransi sebelum turunnya kontrak sewa apartemen. Ada beberapa perusahaan asuransi yang khusus untuk mahasiswa, sehingga dapat memilih yang paling murah.
  4. Caution. Biaya ini (uang deposit garansi sewa) harus dibayarkan sebelum kontrak sewa apartemen ditandatangani. Umunya besar uang deposit ini sama dengan harga sewa apartemen selama satu bulan, dan tidak menutup kemungkinan lebih kecil bahkan lebih mahal dari harga sewa. Uang ini akan dikembalikan (setelah dipotong biaya kerusakan/kebersihan apartemen) pada saat kontrak sewa berakhir.
  5. Sewa Apartement. Harga sewa apartement di Perancis tergantung dari lokasi (kota), posisi (centre atau urban) dan luas kamar yang disewa. Sebagai gambaran, harga sewa bulanan sebuah kamar (chamber) di Paris sebanding dengan harga sewa sebuah studio T1 atau T2 di kota lain. Berdasarkan luas dan fasilitas kamar, appartement di Perancis digolongkan menjadi:
    • Chamber; biasanya hanya berupa kamar tidur saja, semua fasilitas lainnya seperti kamar mandi, dapur dan WC ada di luar kamar dan dipergunakan bersama. Luas kamar ini kurang dari 15 m². Harga sewa perbulannya  antara 200 - 450 €.
    • Studio; sama seperti chamber, sebuah studio hanya memiliki satu ruangan saja yaitu kamar tidur. Tapi dilengkapi kamar mandi, dapur dan WC. Berdasarkan luasnya, studio dibagi menjadi dua jenis, yaitu T1 (sekitar 15 - 25 m²) dan T2 (sekitar 25 - 35 m²). Harga sewa perbulannya  antara 270 - 600 €.
    • Appartement; berbeda dengan studio, sebuah appartement memiliki lebih dari satu ruangan. Appartement F1 memiliki 1 ruang tambahan yang biasa dipakai sebagai ruang tamu atau ruang keluarga (living room) total luas 35 - 45 m². Sedangkan F2 memiliki tambahan 1 kamar tidur lagi, sehingga ada 2 kamar tidur dan total luasnya 45 - 55 m². Harga sewa perbulannya  antara 500 - 800 €.
  6. Peralatan Tidur, Masak dan Kebersihan. Sebuah apartement yang lengkap sekalipun tidak dilengkapi dengan peralatan tidur seperti bantal, sprei dan selimut. Juga tidak ada alat-alat masak kecuali kompor, lemari es dan atau microwave, apalagi sapu dan alat pel. Tapi yang  wajib pertama dibeli adalah peralatan tidur. Tidak mau kan malam pertama Anda tersiksa tidak dapat tidur karena kedinginan?
  7. Ongkos Agen. Kalau kita mendapatkan apartemen swasta yang dikelola oleh sebuah perusahaan atau immobilier, maka akan ada komponen biaya agen. Sama seperti Caution, besar ongkos agen ini sama dengan harga sewa apartemen selama satu bulan dan tidak menutup kemungkinan lebih kecil bahkan lebih mahal dari harga sewa.
  8. Membeli Timbre dan biaya carte de sejour. Visa yang didapat oleh semua pelajar asing di Perancis hanya berlaku satu tahun dan hanya berlaku di Perancis saja. Untuk mengubahnya menjadi visa long sejour yang juga berlaku di wilayah schengen (uni eropa), kita harus melakukan pelaporan (melalui pos) ke kantor OFII (Office Francais de l'Imigration et l'Integration) setempat. Setelah menunggu selama 2 bulan baru akan ada pemanggilan untuk pemeriksaan kesehatan dan dokumen-dokumen. Selain itu kita akan diminta untuk membayar (menyerahkan) timbre (sejenis materai) senilai 55 Euros. Setelah itu di dalam pasport akan ada keterangan (stiker) kalau kita sudah melapor ke OFII, yang berarti visa kita sudah dapat berlaku negara-negara uni eropa. Lalu, sebelum berakhirnya visa (yang satu tahun itu) kita harus melapor ka perfecture atau kantor catatan sipil setempat untuk mendapatkan carte de sejour temporaire, yaitu kartu tanda penduduk sementara. Kalau tidak salah, sebelum tahun 2012 biayanya 55 Euros. Tapi mulai tahun 2012 ini ada kebijakan baru, yang membuat biayanya menjadi 350 Euros.
Demikianlah biaya-biaya yang saya dikeluarkan dari mulai persiapan keberangkatan sampai bulan-bulan awal kedatangan di Perancis. Nantikan posting selanjutnya, apakah settling allowance yang diberikan dapat menutup semua pengeluaran tadi?

Minggu, 22 Januari 2012

Beasiswa DIKTI

Dirjen DIKTI atau Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi adalah satu lembaga di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nasional yang mengelola dan mengatur seluruh lembaga pendidikan tinggi di Indonesia. Dan untuk meningkatkan kompetensi seluruh tenaga pendidik dan kependidikan dijalankanlah program beasiswa yang dikelola oleh DikTenDik (Direktorat Pendidik dan Tenaga Kependidikan). Peningkatan ini secara umum terbagi dua, yaitu pendidikan non gelar (Program Academic Recharging/PAR, sekarang ganti nama jadi Scheme for Academic Mobility and Exchange/SAME) dan pendidikan gelar.

Beasiswa pendidikan gelar juga dibagi dua, berdasarkan lokasi pedidikan, yaitu di dalam negeri dan di luar negeri. Untuk di dalam negeri ada dua scheme yang berjalan, yaitu BPPS (Beasiswa Pendidikan Paska Sarjana) regular dan Beasiswa Unggulan Dalam Negeri (panduannya). Untuk di luar negeri ada Beasiswa Luar Negeri regular (pedomannya), Beasiswa Unggulan Luar Negeri (panduannya) dan Beasiswa Luar Negeri Khusus. Beasiswa khusus di sini bisa bermacam-macam bentuknya,
  1. Program Sandwich S3 Luar Negeri (Gabungan BPPS dengan riset/magang di luar negeri);
  2. Program Double Degree (misalnya, Double Degree Indonesia Perancis dan Double Degree Indonesia-Belanda);
  3. Program Kerjasama DIKTI dengan Universitas/Institusi pendidikan di luar negeri (misalnya yang berangkat ke Universitas Kanazawa tahun 2011) ;
  4. Program Debt-swapt Jerman;
Dan sekarang ini untuk mendapatkan Beasiswa DIKTI tidak harus menjadi dosen/tenaga pendidikan tetap di PTN/PTS terlebih dahulu.
Target DIKTI tahun 2012 ini adalah memberangkatkan 1500 orang untuk belajar S2/S3 di luar negeri. Semoga target ini terpenuhi guna mempersiapkan Indonesia yang lebih baik di kemudian hari.